"Ingat, anak-anakku yang aku cintai, kami tidak memberi ikan kepada kalian, tapi kami memberi pancing, kalian sendirilah nanti yang akan mencari ikan dengan pancing ini. Pancing ini adalah ilmu, semua pengalaman, semua bahasa, semua disiplin, semua air dan udara yang kalian hidup selama di sini. Selamat berjuang anak-anak. Selamat memancing yang baik-baik" --Kiai Rais
"Makhluk yang paling setia dalam hidup ini mungkin adalah waktu. Dia tidak pernah ingkar janji dan akan selalu hadir berkunjung ke mana pun dan ke siapa pun, walau topan badai sedang mengamuk. Dia datang dalam bentuk tanggal, dalam bentuk nama hari, dalam bentuk bulan, bahkan abad. Dia selalu tepat waktu, tidak telat sedetik pun".
"Dia tetap sekali-sekali muncul dalam ingatanku. Rasa yang sudah lama aku perangi dan aku coba lupakan. Tapi apa hasilnya? Setiap hari rasa itu kadarnya bertambah. Rasa ini masuk ke lubuk hati dan bahkan mimpiku. Yang membikin aku merasa demam adalah aku tidak tau bagaimana sebenarnya perasaannya kepadaku".
"Kenapa aku terbenam dengan kemalanganku? Terlalu fokus dengan kekuranganku? Terlalu mengasihani diri sendiri? Aku malu telah terlalu larut dengan nasibku. Dunia akan tetap berputar. Kenapa aku mengharapkan dunia yang berubah? Seharusnya akulah yang menyesuaikan dan dengan begitu bisa mengubah duniaku".
"Yang namanya dunia itu ada masa senang dan masa kurang senang. Di saat kurang senanglah kalian perlu aktif. Aktif untuk bersabar. Bersabar tidak pasif, tapi aktif bertahan, aktif menahan cobaan, aktif mencari solusi. Aktif menjadi yang terbaik. Aktif untuk tidak menyerah pada keadaan. Kalian punya pilihan untuk tidak menjadi pesakitan. Sabar adalah punggung bukit terakhir sebelum sampai di tujuan. Setelah ada di titik terbawah, ruang kosong hanyalah ke atas. Untuk lebih baik. Bersabar untuk menjadi lebih baik. Tuhan sudah berjanji bahwa sesungguhnya Dia berjalan dengan orang yang sabar".
"Akhirnya aku sampai pada suatu kesimpulan yang selalu diajarkan di PM: ikhlaskan. Itulah satu-satunya cara agar aku menentramkan hati dan berdamai dengan kenyataan ini" --Alif Fikri
0 komentar:
Posting Komentar